Menag Nasaruddin Umar Gaungkan Kurikulum Cinta, GMKI Siap Kawal Perangi Intoleransi
Jakarta, detektifswasta.xyz – Dalam upaya menciptakan masyarakat Indonesia yang lebih toleran dan penuh kasih, Menteri Agama Nasaruddin Umar menerima audiensi Pengurus Pusat Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) di kantor Kementerian Agama, Jakarta, Kamis (31/7/2025). Pertemuan ini menjadi momen penting dalam memperkuat sinergi antara pemerintah dan organisasi mahasiswa untuk melawan intoleransi dan memajukan pendidikan berbasis cinta kasih di Indonesia.
Didampingi oleh Dirjen Bimas Kristen Jeane Marie Tulung dan Tenaga Ahli Menteri Ainul Yakin, Menteri Nasaruddin memaparkan gagasan revolusioner yang ia sebut sebagai “kurikulum cinta”. Gagasan ini lahir dari keprihatinan mendalam atas maraknya penyebaran kebencian berbasis agama di ruang-ruang pendidikan, baik secara langsung maupun tersirat.
“Dulu saya juga aktivis demo. Tapi sekarang saya ingin kita berpikir lebih fundamental. Yang harus kita bidik sekarang adalah generasi di bawah usia 30 tahun. Kurikulum cinta harus dimulai dari sini,” ujar Menag Nasaruddin.
Menurutnya, kurikulum pendidikan agama yang berlaku saat ini belum sepenuhnya mengedepankan nilai-nilai kasih sayang dan toleransi. Bahkan, tak jarang secara tidak sadar justru menjadi medium penyebaran kebencian antaragama atau intraagama.
“Banyak guru agama, sadar atau tidak, justru mengajarkan kebencian. Saya ingin semua agama diajarkan dengan pendekatan cinta. Kita perlu menyisir ulang kurikulum kita,” tegasnya.
GMKI Siap Menjadi Mitra Strategis
Menanggapi gagasan besar Menteri Agama, Ketua Umum GMKI Prima Surbakti dan Ketua Bidang Aksi dan Pelayanan Combyan Lombongbitung menyatakan dukungan penuh. GMKI siap menjadi mitra aktif dalam menyusun dan mengawal implementasi kurikulum cinta ke seluruh penjuru negeri.
“GMKI siap membackup dan mendukung Bapak Menteri Agama dalam melawan segala bentuk tindakan intoleransi. GMKI hadir untuk itu dan kami siap mendampingi Pak Menteri dalam perjuangan ini,” ujar Combyan.
Tak hanya itu, GMKI juga mengusulkan pembentukan Satgas Reaksi Cepat sebagai mekanisme deteksi dini dan penanganan cepat terhadap tindakan intoleransi yang kerap terjadi di masyarakat. Usulan ini muncul karena selama ini kasus-kasus intoleransi baru menjadi perhatian setelah viral di media sosial.
“Satgas ini dibutuhkan agar bisa mendeteksi dan merespons lebih cepat. Kita tidak boleh hanya reaktif setelah ramai di media,” jelas Combyan.
Persoalan Rumah Ibadah dan Perizinan
Dalam pertemuan yang berlangsung penuh semangat tersebut, GMKI juga menyoroti tantangan perizinan rumah ibadah di berbagai daerah. Mereka meminta dukungan Menag untuk menjembatani koordinasi lintas kementerian dan pemerintah daerah, terutama ketika ditemukan hambatan administratif atau resistensi sosial.
Respons Menteri : Langkah Konkret Segera Disiapkan
Menteri Nasaruddin menyambut baik seluruh inisiatif yang disampaikan GMKI. Ia bahkan langsung meminta Dirjen Bimas Kristen untuk menindaklanjuti rencana pembentukan Satgas Reaksi Cepat dan menyusun langkah teknis penyusunan kurikulum cinta.
“Saya akan aktifkan, ya, satgas tersebut. Ibu Dirjen mohon diskusi ini difasilitasi. Pokoknya semua bentuk penjagaan dini itu harus kita lakukan. Saya setuju,” tegasnya.
Menteri Agama menambahkan, implementasi kurikulum cinta memang tidak bisa instan. Diperlukan waktu dan proses bertahap, dengan estimasi waktu hingga tiga tahun untuk benar-benar menanamkan nilai-nilai cinta dalam pola pikir generasi muda.
“Kalau kurikulum cinta sudah diimplementasikan, saya yakin Indonesia akan hidup saling menyayangi. Tapi ini tidak instan. Perlu sampai tiga tahun agar doktrin cinta ini tertanam,” jelasnya.
Menuju Indonesia yang Lebih Toleran
Pertemuan ini menjadi langkah awal menuju sinergi lebih luas antara negara dan elemen masyarakat sipil untuk membangun Indonesia yang inklusif, adil, dan saling menghargai. GMKI, sebagai organisasi mahasiswa Kristen yang telah berkiprah sejak lama dalam dunia pergerakan, menyatakan kesiapannya menjadi garda depan dalam perjuangan ini.
Dengan mengusung pendidikan berbasis cinta kasih dan langkah cepat mengantisipasi intoleransi, Menag Nasaruddin Umar dan GMKI membuka lembaran baru menuju Indonesia yang lebih damai dan toleran di tengah keberagaman. (red)