Inflasi Sumsel Naik Lagi! Ini Biang Keladinya dan Apa Dampaknya untuk Dompet Anda

oleh
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan, Bambang Pramono/ist

Inflasi Sumsel Naik Jadi 2,88% : Apa Penyebabnya dan Bagaimana Solusinya?

Palembang, detektifswasta.xyz – Inflasi kembali menjadi perbincangan hangat di Sumatera Selatan. Pada Juli 2025, provinsi ini mencatatkan inflasi bulanan (month to month/mtm) sebesar 0,14%, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat hanya 0,08%. Secara tahunan (year on year/yoy), inflasi Sumsel juga menanjak ke angka 2,88%, naik dari 2,44% pada bulan Juni.

Kendati demikian, angka ini masih berada dalam rentang sasaran inflasi nasional sebesar 2,5 ±1%, atau antara 1,5% hingga 3,5%. Hal ini menjadi perhatian serius, terutama karena lonjakan harga sejumlah komoditas pangan strategis ikut memicu keresahan masyarakat.

Komoditas Penyumbang Utama : Dari Cabai hingga Ayam

Dalam rilis resmi yang diterima redaksi pada Minggu (3/8/2025), Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan, Bambang Pramono, menjelaskan bahwa lonjakan inflasi dipicu oleh kenaikan harga komoditas pangan utama, yaitu :

  • Bawang merah: +0,10% (mtm)
  • Tomat: +0,06% (mtm)
  • Cabai rawit: +0,05% (mtm)
  • Daging ayam ras: +0,04% (mtm)

Kenaikan harga bawang, tomat, dan cabai disebut sebagai akibat dari gangguan pasokan dan produksi di sentra-sentra utama. Faktor cuaca yang tidak menentu turut menyebabkan hasil panen menurun, sehingga mendorong harga naik di pasar.

Sementara itu, harga daging ayam ras naik karena dua faktor utama :

  1. Meningkatnya Harga Pokok Penjualan (HPP) jagung, yang merupakan bahan baku utama pakan ternak.
  2. Lonjakan permintaan selama libur sekolah, yang membuat kebutuhan terhadap produk hewani meningkat.

Perbandingan dengan Nasional : Sumsel di Atas Rata-rata

Menariknya, inflasi tahunan Sumsel di angka 2,88% lebih tinggi dari inflasi nasional yang berada pada level 2,37% (yoy). Pada Juni lalu, inflasi nasional tercatat 1,87% (yoy), sehingga kenaikan ini bersifat nasional, namun tekanan di Sumsel relatif lebih besar.

Strategi 4K : Jurus TPID dan BI Menjaga Stabilitas Harga

Dalam menghadapi tantangan ini, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumatera Selatan menggencarkan strategi pengendalian inflasi berbasis pendekatan 4K, yaitu :

  1. Ketersediaan pasokan
  2. Keterjangkauan harga
  3. Kelancaran distribusi
  4. Komunikasi yang efektif

Menurut Bambang Pramono, sejumlah langkah konkret telah dilakukan, di antaranya :

  • Operasi pasar murah untuk menjaga daya beli masyarakat.
  • Inspeksi mendadak (sidak) ke distributor dan pasar guna memastikan kepatuhan terhadap Harga Eceran Tertinggi (HET) dan ketersediaan stok.
  • Fasilitasi Kerja Sama Antar Daerah (KAD) antara Kota Palembang dan Kabupaten Subang dalam hal pemenuhan komoditas pangan.

Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP) : Upaya Menjaga Ketahanan Pangan

Bank Indonesia Sumsel juga mendorong Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP) sebagai upaya penguatan ketahanan pangan. GSMP 2025 mencakup tiga program utama :

  • GSMP Menyapa Lingkungan Desa (Menyala) – menyasar rumah tangga dan Kelompok Wanita Tani (KWT)
  • GSMP Goes to Panti Sosial
  • GSMP Goes to Office – ditujukan bagi seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Sumsel

Melalui pendekatan ini, masyarakat didorong untuk menanam sendiri komoditas pangan strategis guna mengurangi ketergantungan pada pasar terbuka dan menekan tekanan inflasi dari sisi permintaan.

Subsidi Distribusi dan Dukungan Multipihak

Tak hanya pada produksi, kelancaran distribusi juga diperkuat melalui subsidi biaya angkut yang melibatkan berbagai pihak, termasuk :

  • Bank Indonesia
  • BUMN/BUMD
  • Perbankan
  • Sektor swasta

Forum seperti High Level Meeting (HLM) dan rapat koordinasi lintas sektor juga terus diintensifkan untuk menjaga efektivitas kebijakan di lapangan. Informasi juga dipublikasikan secara rutin agar masyarakat teredukasi dan tidak panik menghadapi gejolak harga.

Ke Depan : Kolaborasi GNPIP dan GSMP Jadi Andalan

Bank Indonesia menyatakan akan terus memperkuat kolaborasi strategis melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dan GSMP. Dua inisiatif ini menjadi ujung tombak pengendalian inflasi pangan berbasis kemandirian komunitas dan inovasi kebijakan.

“Langkah ini diharapkan mampu menjaga inflasi tetap dalam kisaran yang ditetapkan, sekaligus mendorong ketahanan pangan dan pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan yang lebih inklusif, berdaya saing, dan berkelanjutan,” pungkas Bambang.

Inflasi Sumsel pada Juli 2025 memang mengalami peningkatan, namun masih dalam batas aman dan terkendali. Melalui sinergi antara BI, pemerintah daerah, dan berbagai pemangku kepentingan, upaya pengendalian inflasi dilakukan secara komprehensif dan adaptif. Tantangan seperti gangguan cuaca dan harga pakan ternak masih akan terus membayangi, namun komitmen untuk menjaga stabilitas harga di Sumsel tampak semakin kuat dan sistematis. (red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *