Paha Kodok Sumsel Tembus Pasar Prancis, Nilai Ekspor Tembus Rp5,24 Miliar
Palembang, detektifswasta.xyz – Komoditas ekspor unggulan dari Sumatera Selatan kembali menarik perhatian internasional. Kali ini, sebanyak 32,06 ton paha kodok asal Sumsel berhasil diekspor ke Prancis dengan nilai mencapai Rp5,24 miliar. Angka ini menandai keberhasilan berkelanjutan dalam pengembangan potensi ekspor daerah yang berbasis pada sumber daya hayati lokal.
Ekspor tersebut difasilitasi oleh Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Sumatera Selatan (Karantina Sumsel) yang berada di bawah naungan Badan Karantina Indonesia (Barantin). Kepala Karantina Sumsel, Sri Endah Ekandari, menegaskan bahwa keberhasilan ini adalah bentuk dari komitmen bersama antara pelaku usaha, instansi teknis, serta masyarakat lokal dalam menjaga kualitas dan kontinuitas produk ekspor.
“Kami pastikan bahwa setiap produk ekspor sudah melalui proses pemeriksaan ketat. Mulai dari kesehatan hewan, pengawasan fasilitas pengolahan, hingga verifikasi dokumen, semua dilakukan sesuai prosedur internasional,” ujarnya dalam keterangan resmi di Palembang, Jumat (1/8/2025).
Lonjakan Ekspor yang Fantastis : Naik 405% dalam Setahun
Data yang dirilis Karantina Sumsel menunjukkan lonjakan luar biasa volume ekspor paha kodok dalam dua tahun terakhir:
Tahun | Volume Ekspor (Ton) | Kenaikan (%) |
---|---|---|
2023 | 17,08 | — |
2024 | 86,40 | 405,85% |
2025* | 32,06 (hingga Juli) | — |
(*Catatan: Data 2025 masih berjalan dan belum mencakup ekspor keseluruhan tahun)
Jika tren ini terus berlanjut, maka 2025 diperkirakan bisa menyamai bahkan melampaui angka tahun sebelumnya. “Kami optimis tren ekspor akan terus naik, terutama jika pelaku usaha tetap menjaga standar kualitas dan keberlanjutan lingkungan,” imbuh Sri Endah.
Kodok Rawa : Dari Alam Sumsel Menuju Piring Orang Prancis
Paha kodok yang diekspor umumnya berasal dari jenis kodok rawa yang hidup di lahan basah dan area persawahan. Setelah ditangkap oleh warga, bagian paha yang bernilai tinggi diolah oleh industri rumah tangga dan perusahaan eksportir yang telah tersertifikasi.
Menariknya, proses pengolahan telah menerapkan sistem Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP). Sistem ini bertujuan memastikan keamanan pangan di tiap titik produksi, mulai dari bahan mentah, pemrosesan, pengemasan, hingga distribusi.
Negara tujuan seperti Prancis memiliki regulasi ketat terkait produk pangan asal hewan. Namun, berkat sistem pengawasan yang baik dari Karantina Sumsel, ekspor tetap berjalan lancar.
“Negara Uni Eropa sangat ketat dalam hal traceability dan standar mutu. Produk kita lolos karena melalui uji kelayakan ketat dari segi kesehatan, lingkungan, dan proses pengolahan,” terang seorang teknisi Karantina Sumsel yang terlibat dalam proses inspeksi lapangan.
Menghidupkan Ekonomi Desa, Menjaga Lingkungan
Lebih dari sekadar ekspor bernilai tinggi, keberhasilan ini juga berimplikasi langsung terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan. Para penangkap kodok di wilayah Ogan Ilir, Banyuasin, hingga OKI kini menjadikan kegiatan ini sebagai mata pencaharian alternatif.
Kepala Barantin Sahat M. Panggabean sebelumnya telah menegaskan bahwa misi Barantin bukan hanya mendukung ekspor, tetapi juga mendorong ekonomi daerah berbasis sumber daya hayati yang berkelanjutan.
“Kita tidak hanya bicara ekspor, tapi juga keseimbangan ekosistem dan konservasi. Pengambilan kodok harus memperhatikan populasi dan habitat alaminya,” tandasnya.
Menuju Ekspor yang Lebih Luas : Siap Hadapi Tantangan Global
Sri Endah menambahkan, pihaknya kini terus memperkuat sinergi lintas sektor untuk mempercepat ekspor komoditas unggulan lain seperti sarang burung walet, ikan hias, dan produk hortikultura.
“Dengan layanan karantina cepat, tepat, dan profesional, kami siap bantu pelaku usaha menembus pasar global. Kami ingin Sumsel tidak hanya jadi lumbung pangan, tapi juga lumbung devisa,” tutupnya.
Ekspor paha kodok dari Sumsel bukan hanya cerita tentang pengiriman barang ke luar negeri. Ini adalah potret dari sistem pembinaan mutu yang bekerja, kerjasama antar lembaga yang harmonis, serta masyarakat lokal yang tumbuh bersama dalam skema ekonomi baru yang ramah lingkungan. Dari balik sawah dan rawa, kodok Sumsel kini melompat jauh ke meja makan Eropa dengan cita rasa dan nilai yang tak kalah tinggi. (red)