Detektifswasta.xyz
Tidak bisa dipungkiri bahwa kondisi darurat corona di Malaysia memicu kenaikan harga Crude Palm Oil (CPO). Pemerintah Malaysia memberlakukan darurat Covid-19 seiring dengan semakin memburuknya penyebaran kasus Covid-19 di negeri tersebut. Namun, kebijakan tersebut justru sangat menguntungkan para petani sawit Nusantara Indonesia. Masih dalam Januari ini saja, harga CPO sempat menyentuh 3.877 ringgit per ton.
“Namun untuk beberapa harga yang terealisasi, bahkan di selang waktu yang tak jauh berbeda harga CPO sempat menyentuh 4.000 ringgit per ton. Meskipun saat ini harga CPO berada di kisaran 3.700 hingga 3.900 ringgit per tonnya. Kenaikan harga CPO di awal tahun ini melebihi ekspektasi saya sebelumnya,” imbuh Analis Pasar Keuangan Gunawan Benjamin di Medan, Sumatera Utara, Kamis (14/1/2021).
Sikap Malaysia yang menyatakan darurat corona justru menjadi berkah bagi petani sawit saat ini. Dari acuan harga TBS di tingkat petani hingga tgl 12 Januari, tercatat kenaikan harga hingga mendekati 2.300 per Kg. Padahal harga tersebut saya pantau di Desember masih di posisi 2.100 Rupiah per 1 kg TBS. Artinya memang petani sawit kita lagi berbahagia saat ini.
“Karena harga sawit terus mengalami kenaikan. Status darurat corona di Malaysia secara nyata menguntungkan petani sawit di tanah air. Gangguan pasokan maupun distribusi menjadi masalah yang memicu terjadinya kenaikan harga. Meski demikian, kita tidak selamanya bisa bersandar pada keberuntungan saat ini. Karena status darurat itu bisa ditarik kapan saja,” jelas Benjamin.
Namun bagi petani sawit tetap harus bersyukur dengan kenaikan harga tersebut. Karena harga TBS saat ini sudah mendekati 100% lebih tinggi dibandingkan dengan harga BEP (harga modal) di tingkat petani yang berkisar 1.200 rupiah per Kg.
“Di tengah pandemic dan resesi, petani sawit kita khususnya wilayah Sumut mendapatkan berkah dari kenaikan harga TBS tersebut. Kenaikan harga TBS itu akan mendongkrak pemulihan daya beli yang ada di wilayah Sumut. Setidaknya dengan kenaikan TBS itu sendiri, petani ataupun buruh tani sawit kita tidak banyak bergantung dan berharap pada program bantuan sosial pemerintah,” ujar Benjamin. (Ril/el)