Bukan Perintah Jokowi, Erick Thohir Buka Suara Alasan Ahok Bergabung!

oleh
detektifswasta.xyz

Jakarta,- Sudah lama, Menteri BUMN Erick Thohir menutup diri untuk menjelaskan alasan mengapa memilih Basuki Tjaha Purnama atau akrab disapa Ahok sebagai Komisaris Utama PT Pertamina (Persero).

Kepada jurnalis senior, Karni Ilyas, Erick akhirnya buka-bukaan mengapa dia meletakkan mantan Gubernur DKI Jakarta yang juga pernah menjadi Wakil Gubernur Joko Widodo itu dalam posisi paling strategis di perusahaan BUMN yang bergerak di sektor migas itu.

”Saya rasa, saya udah jawab. Bahwa figur-figur seperti Pak Ahok, Pak Amin, Candra Hamzah adalah figur-figur yang bersih,” ungkap Erick dalam wawancara Karni Ilyas Club yang tayang di Youtube, Mingu (01/11/2020).

Dijelaskan Erick, Figur-figur yang ditunjuk itu, punya track record dalam menghasilkan pekerjaan yang baik. ”Karena itu kita angkat,”kata dia lugas.

Tentu, lanjut Erick, masing-masing komisaris mempunyai karakter yang berbeda. ”Nah, itu nasibnya menteri. Jadi sama, kalau dibilang direksi, kita juga punya konsekuensi melayani 41 komut yang berbeda-beda karakter,” kata erick sambil tertawa.

Erick, dalam kesempatan itu juga menjelaskan kalau dia tidak melihat aspek resistensi terhadap seseorang dalam menentukan posisi yang dipercayakan.

”Saya tidak melihat itu, yang penting amanahnya dijalankan. Sama juga indahnya Indonesia kita nikmati. Ketika bagaimana Bapak Presiden Kita, Pak Prabowo Menhan bergabung. Saya rasa ini bisa menjadi contoh, Kita berbeda pendapat, tapi jangan menghancurkan bangsa ini,” lanjut dia.

Apalagi, lanjutErick, Covid-19 ini juga makin banyak negara yang tidak suka kepada Indonesia. ”Kita bukan propaganda nih, Kenapa, Dengan covid-19 ini, juga kita dilihat negara yang punya potensi dari dua hal.Satu, market yang besar, kedua sumber daya alamnya kaya,” imbuh Erick.

Karena itulah, sambung Erick Thohir, ada tiga hal yang harus diperbaiki. Logistiknya, digitalisasi internet dan pembangunan SDM.

”Saya melihat itu, bagian kita mengangkat figur-figur yang secara good corporate governance ada dan punya hasil. Itu yang kita coba,” tegas dia.

Lagi pula, kata dia, ”Tidak mungkin saya sebagai seorang menteri harus memenej 41 BUMN yang dulunya 142, 41 secara per harian. Karena itulah, saya perlu Dirut dan Komisaris utama yang kompak yang bisa menjadi mentoring untuk direksinya dan bisa menjadi ketua kelas untuk para komisaris lain,” lanjut dia lagi.

”Bukan perintah Pak Jokowi Ya?” singgung Karni Ilyas.

”Saya rasa kembali, kalau titipan banyak Pak Karni, bukan dari Pak Jokowi aja,” tutup dia sambil tertawa. (sam)