Detektifswasta.xyz
Raksasa Industri Baja asal China, Nanjing Nangang Iron and Steel United Co, berencana membangun pabrik di Indonesia. Media China Mysteel melaporkan rencananya Nangang bakal membangun pabrik dengan kapasitas produksi hingga 2,6 juta ton per tahun.
Pembangunan pabrik tersebut dilakukan untuk menutupi kekurangan pasokan kokas domestik mereka, dengan memanfaatkan sumber daya batu bara di Indonesia. “Permintaan kokas kami cukup besar, namun ketersediaan kokas domestik menurun,” ujar salah satu pejabat Nangang kepada Mysteel, dikutip dari kumparan, Senin (14/12/2020).
Proyek ini direncanakan akan berlokasi di Morowali Industrial Park, Sulawesi. Pembangunan pabrik diproyeksi bakal menelan dana hingga USD 383,5 juta atau setara Rp 5,43 triliun. Perusahaan pun sudah mengumumkan pada November 2020 lalu mengenai rencana tersebut. Setidaknya pabrik tersebut bakal memiliki empat unit oven kokas berukuran 5,5 meter dan akan memakan waktu 18 bulan untuk pembangunannya.
Nangang bakal menggandeng empat perusahaan investasi China di Indonesia, termasuk anak usaha Tsingshan Group PT Indonesia Morowali Industrial Park, dalam rangka merealisasikan proyek tersebut. Keempat perusahaan nantinya akan mendirikan perusahaan patungan bernama PT Kinrui New Energy Technologies Indonesia.
Usut punya usut:
Ekspansi ke Indonesia dilakukan atas pertimbangan selain sumber daya alam yang berlimpah, juga karena biaya tenaga kerja yang dinilai lebih rendah. Industri Baja Indonesia Sudah Sempoyongan Sebelum Pandemi COVID-19.
Bila rencana tersebut terlaksana, akan membawa angin segar bagi sektor industri baja Indonesia. Sebagaimana diketahui, sektor yang satu ini sudah sempoyongan bahkan sejak sebelum pandemi COVID-19 merebak.
Kondisi tersebut diungkapkan Ketua Dewan Pembina Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA), Edy Putra Irawady. Merebaknya virus corona kian memperburuk produksi dan permintaan baja di tanah air.
Berdasarkan data yang dihimpun International Steel Association, saat ini Indonesia menempati urutan ke-26 sebagai negara yang memproduksi baja dengan total produksi sekitar 5,5 persen. Jumlah tersebut masih jauh tertinggal dengan negara-negara terbesar penghasil baja, seperti China yang produksinya mencapai 928,3 juta ton per tahun dengan persentase 50 persen baja di dunia diproduksi disana. Kemudian disusul India dengan 106,5 juta ton per tahun dan Jepang dengan produksi 104,3 juta ton per tahun.
Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika Kemenperin, Taufiek Bawazier, mengatakan bahwa produksi baja di Indonesia masih sangat rendah, yakni sekitar 6,5 juta ton per tahun. Angka tersebut membuat Indonesia tidak mampu bersaing dengan negara produsen baja lainnya. (Ril/El)