Detektifswasta.xyz
Batubara emas hitam yang harusnya mensejahterakan masyarakat Muara Enim dan Lahat terkesan malah sebaliknya menjadi “kutukan sumber daya alam”. Sudah hampir seabad tambang batubara Bukit Adam mengeksploitasi batubara dari perut bumi Tanah Lematang dan Ogan tengah dan sekarang di tambah tambang swasta menghancur leburkan ekosistem Bukit Barisan.
“Saya tidak dapat membayangkan apa jadinya tanah lematang dan Ogan Tengah ini kelak setelah pasca tambang 10 atau 20 tahun mendatang”, ucap Deputy MAKI Sumsel. “Lubang – luang besar bertebaran di bukit – bukit yang gundul karena tanah humus berganti dengan tanah liat bekas galian batubara”, kata Deputy MAKI Sumsel ini dengan sedihnya.
“Kaki bukit tunjuk dan kawasan kaki bukit barisan sudah mulai menjadi hamparan semak perdu menggantikan pohon – pohon besar yang dahulunya menjadi penyanggah sumber air sungai Lematang, Enim dan Sungai Ogan”, kata Deputy MAKI Sumsel itu dengan mata yang berkaca – kaca.
“Sudah lebih dari 5 (lima) milyar ton tanah di gali untuk mengambil batu bara yang tersembunyi di dalam perut bumi dan pernah kejadian tanah bergerak menggeser kota Muara Enim”, kata Feri lebih lanjut. “Batubara yang menguntungkan segelintir manusia dan menopang energi listrik untuk kehidupan yang lebih baik tapi tidak menjadikan masyarakat ulayat sejahtera”, imbuh Feri kembali.
“Batubara menjadi alat politik, batubara menjadi sumber kekayaan mantan – mantan pejabat sementara masyarakat Lematang dan Ogan tengah merasakan dampaknya dengan perubahan suhu yang berakibat hasil panen menjadi tidak srabil dan sumber daya air yang mulai tercemar”, kata Deputy MAKI Sumsel dengan menerawang.
“PT Bukit Asam yang menjadi pionir tambang Batubara di Lahat dan Muara Enim seakan menjadi negara di dalam negara dengan segala pasilitas eksklusive yg ada di dalamnya ibarat bumi dan.langit dengan masyarakat di mulut tambang dan belum lagi tambang swasta yang menikmati pasilitas negara berupa jalan aspal dan hak wilayah tambang tak berbatas”, kata Feri kembali.
“Semua ini menjadikan masyarakat ulayat tamu di rumah sendiri atau ibarat tikus yang mati di lumbung padi dan nantinya anak cucu mereka akan merasakan dampak hancurnya ekosistem hutan tropis Bukit Barisan”, pungkas Feri Deputy MAKI Sumsel mengakhiri keluh kesahnya. (ps)