detektifswasta.xyz – Indonesia
Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan (Sumsel) melakukan langkah cepat,
dalam mendeteksi seberapa tinggi penularan Corona Covid-19 ke warganya.
Jika kabupaten/kota lain masih menggunakan rapid test antibody untuk screening
penularan Corona Covid-19. Kabupaten Musi Banyuasin maju selangkah, dengan
menyediakan peralatan rapid test antigen dengan tingkat akurasi yang tinggi.
Penyediaan rapid test antigen beserta Bioseptic Cabinet (BSC) ini, menjadikan Musi
Banyuasin sebagai daerah pelopor dalam penggunakan alat pendeteksi Covid-19 di Sumsel.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Musi Banyuasin Azmi Dariusmansyah mengatakan,
rapid test antigen ini biasanya hanya digunakan di lingkup kerja laboratorium saja.
Selain jarang yang menggunakan, harga alat rapid test antigen ini juga sangat tinggi.
Untuk penyediaan BSC atau ruangan tempat pemeriksaan pasien, harus membeli dengan
harga lebih dari Rp200 juta per unitnya.
Ada tiga unit BSC yang disediakan untuk mendukung rapid test antigen. Alat tersebut
disiapkan di RS Sekayu, RS Bayung Lincir dan Dinkes Musi Banyuasin Sumsel. Alat ini pun
disediakan saat pandemi Corona Covid-19.
“Pemeriksaan swab-nya sama. Tapi saat pemeriksaan menggunakan alat BSC.
Sebuah ruangan untuk menjaga agar pemeriksanya tidak tertular oleh pasien yang dites,”
ucapnya.
Keunggulan dari rapid test antigen sendiri yaitu, tingkat akurasi untuk screening
pasien Covid-19 lebih tinggi, dibandingkan rapid test antibody yang hanya 30-40 persen
tingkat sensitivitasnya.
Jika rapid test antibody memeriksa dari sampel darah. Rapid test antigen memeriksa
sampel nasofaring. Sehingga, penularan dari pasien ke pemeriksa melalui rapid test antibody
lebih kecil peluangnya, dibandingkan rapid test antigen.
Alat BSC sangat berfungsi untuk mencegah penularan tersebut. Kini, alat BSC dan
rapid test antigen sudah disediakan di Kabupaten Musi Banyuasin sekitar dua minggu lalu.
Bahkan pada hari Selasa (9/6/2020) kemarin, Dinkes Musi Banyuasin dibantu petugas
Balai Teknis Laboratorium Kesehatan dan Pengendalian Penyakit (BTLK-PP) Kelas 1
Palembang, sudah melatih petugas dinkes untuk melakukan rapid test antigen.
“Kalau screening total tetap pakai rapid test antibody. Namun untuk Pasien Dalam
Pengawasan (PDP) dan Orang Tanpa Gejaka (OTP), wajib pakai rapid test antigen,” ujarnya.
Sebelum disediakannya rapid test antigen dan BSC, para tenaga medis kesulitan
untuk mengintervensi apa yang harus dilakukan. Karena hasil swab pasien yang dites keluar
dua minggu setelahnya.
Tidak hanya data tracking pasien Covid-19 saja yang kacau, mereka juga kesulitan
untuk menentukan intervensi apa yang akan dilakukan. Terlebih untuk mengantisipasi
penularan Corona Covid-19 tersebut.
Apalagi banyak kasus hasil rapid test antibody menunjukkan positif, sedangkan hasil
swab keluar negatif Covid-19. Minimnya akurasi ini yang membuat tugas para tenaga medis
semakin sulit.
Agar semakin menunjang pendeteksi pasien yang terpapar Covid-19, Pemkab Musi
Banyuasin akan menyiapkan Reverse Transscriptase-Polymerase Chain Reaction (RT-
PCR).
“Kita akan menyediakan RT-PCR di RS Sekayu, sedangkan di RS Bayung Lincir ada
RT-PCR yang dialihfungsikan. Dulunya digunakan untuk pemeriksaan pasien TBC, sekarang
untuk Covid-19,” ujarnya.
Hingga saat ini, kasus penularan Corona Covid-19 di Musi Banyuasin didominasi
berasal dari para pendatang, atau dari klaster perusahaan. Sedangkan dari klaster rumah
tangga sangat sedikit.
Sebelumnya, Kepala BPJS Kesehatan cabang Palembang M. Ichwansyah
mengatakan, penyediaan alat rapid test antigen hanya ada di Kabupaten Musi Banyuasin.
“Cuma di Kabupaten Musi Banyuasin yang ada. Itu juga 80 persen tingkat akurasinya
lebih tinggi dibandingkan rapid test antibody,” katanya (kom/imam)