Indonesia Berduka, Ribuan Warga Flores Timur Mengungsi dan Puluhan Meninggal Dunia

oleh
Detektifswasta.xyz

Banjir bandang dan tanah longsor menerjang beberapa wilayah di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Minggu 4 April 2021 dini hari.

“Berdasarkan laporan BPBD, insiden banjir bandang dipicu oleh hujan dengan intensitas tinggi. Banjir yang melanda beberapa wilayah di tiga kecamatan terjadi pada Minggu (4/4) dini hari sekitar pukul 01.00 waktu setempat atau Wita,” ungkapnya.

BNPB telah berkoordinasi dengan BPBD setempat untuk dukungan penanganan darurat. Tim Reaksi Cepat (TRC) BNPB dan dukungan logistik akan segera dikirimkan ke lokasi terdampak. Dukungan logistik yang telah didorong menuju lokasi bencana antara lain makanan siap saji 1.002 paket, lauk pauk 1.002 paket, makanan tambah gizi 1.002 paket, selimut 3.000 lembar, sarung 2.000 lembar, rapid test antigen 10.000 test, masker kain 1.000 buah dan masker medis 1.000 buah.

Informasi terkini dari BPBD Flores Timur, sudah 63 warga dilaporkan meninggal dunia dan tujuh lainnya dinyatakan hilang dan masih dalam pencarian.

Hingga saat ini proses evakuasi korban masih dilakukan oleh petugas. Namun demikian, upaya yang dilakukan itu belum maksimal karena terkendala dengan tidak adanya alat berat.

Jumlah korban tewas 63 orang

Wakil Bupati Flores Timur Agustinus Boli mengatakan, jumlah korban tewas dalam musibah itu terdata berjumlah 63 orang. Dari total korban tewas itu 23 jenazah di antaranya sudah berhasil dievakuasi. “Yang dievakuasi 23 orang dan masih ada yang masih tertimbun,” ujar Agustinus dikutip dari Kompas TV.

Hingga saat ini petugas gabungan, relawan, dan lainnya masih di lapangan untuk melakukan upaya evakuasi tersebut. “Bantuannya sudah datang, personel TNI-Polri dan paguyuban lain, pramuka, tanaga semua di sana,” ujar Agustinus.

Terkendala alat berat

Kepala Desa Nelelamadike Pius Pedang Melai mengatakan, upaya evakuasi untuk mencari korbannya yang tertimbun longsor sulit dilakukan. Pasalnya, dipenuhi lumpur dan tidak ada alat berat di lokasi kejadian.

“Kami hanya bisa mencari korban yang belum ditemukan di sekitar lokasi kejadian yang kemungkinan terapung, tetapi tidak bisa melakukan penggalian secara manual karena area dipenuhi lumpur,” katanya.

Selain alat berat, upaya evakuasi masih terkendala dengan cuaca. Sebab, hingga saat ini masih terjadi hujan deras disertai angin kencang.

Ribuan Warga Mengungsi

Dikutip dari Kompas.com, Kondisi desa Waowala, Tanjung Batu, Amakaka, dan Lamawara di Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata sangat memprihatinkan pasca banjir dari arah Gunung Ile Lewotolok, Minggu (4/4/2021) dini hari.

Ribuan warga telah mengungsi. Proses evakuasi korban meninggal masih terus dilakukan. Kepala desa Amakaka, Thomas Tiro memperkirakan masih ada puluhan warga Amakaka yang hilang dan kemungkinan tertimbun material banjir dari gunung.

Proses evakuasi sulit dilakukan karena batu-batu besar, gelondongan kayu dan lumpur tebal menghancurkan pemukiman rumah warga. Tiang listrik dan kabel-kabel listrik juga tampak rusak berserakan di jalan. Akses jalan ke wilayah Ile Ape juga putus total.

Jalan putus tersebut berada di desa Waowala, Tanjung Batu, Amakaka dan Lamawara. Pantauan Pos Kupang, selain rumah warga yang hanyut dihantam banjir, gedung SDK Lewotolok dan Kantor UPTD Dinas PKO Kecamatan Ile Ape juga hancur total disapu banjir semalam.

Nikodemus Lei, warga desa Tanjung Batu menuturkan bencana alam tersebut membuat warga di wilayahnya langsung mengungsi secara mandiri ke kebun dan rumah keluarga di desa tetangga.

Menurutnya, ada warga juga yang ditemukan tersangkut di kompleks masjid yang berada di tepi pantai. Warga desa Amakaka, Basir Langoday, menjelaskan air bah mulai menyeret pemukiman warga sekitar jam 3 dini hari. Pada pagi harinya, kondisi desa sudah memprihatinkan.

“Mereka teriak minta tolong, kita evakuasi, bapatua masih sempat minta tolong. Dia tidak bertahan. Dengan tenaga seadanya kami tidak bisa evakuasi. Tertimbun batu besar jadi butuh alat berat,” kata Basir, yang juga salah satu pemuda yang berjuang menyelamatkan seorang warga yang tertimbun material banjir.

Sementara itu, Bupati Lembata Eliaser Yentji Sunur mengatakan bahwa Pemkab Lembata bersama aparat TNI dan Polres Lembata memprioritaskan pencarian korban meninggal, mengevakuasi korban luka-luka dan warga yang selamat.

Bersamaan dengan itu, pemerintah juga masih berupaya membuka akses jalan agar proses evakuasi ke desa-desa terdampak bisa lancar. Proses pendataan korban meninggal masih dilakukan. Namun saat turun ke lokasi dirinya sudah melihat langsung sekitar delapan korban meninggal dunia.

“Warga yang selamat ada yang mengungsi secara mandiri, ada tim yang melakukan pendataan dan pencatatan, sehingga diharapkan warga yang menampung bisa segera menyampaikan ke pemerintah daerah,” tandas Bupati Sunur didampingi Kapolres Lembata AKBP Yoce Marthen saat melihat langsung di lokasi bencana. (Ril/el)