Detektifswasta.xyz
Papua, Dandrem 173/PVB Brigjen TNI Iwan Setiawan mengakui delapan anggota TNI-AD yang menjadi tersangka kasus pembakaran rumah dinas kesehatan di Hipadipa, Intan Jaya, Papua, ditahan di POM Kodim Nabire.
“Memang benar kedelapan anggota TNI-AD itu kini menjalani pemeriksaan di POM Kodim Nabire terkait pembakaran rumah dinas kesehatan di Hipadipa, Kabupaten Intan Jaya.Rumah dinas kesehatan dilaporkan dibakar 19 September lalu,” kata Brigjen TNI Setiawan, Ahad malam.
Ketika ditanya tentang prajurit TNI-AD yang diduga jadi pelaku penembakan Pdt. Yeremias Zanambani, Dandrem 173 mengaku penyidikan masih dilakukan.
Rencana otopsi yang sebelumnya disetujui keluarga belum dapat dilakukan karena keluarga menarik ijin tersebut.
“Padahal otopsi penting dilakukan guna mengetahui secara pasti penyebab kematiannya serta nantinya dapat dilakukan uji balistik,” kata Brigjen TNI Iwan Setiawan.
Delapan anggota TNI-AD yang menjadi tersangka kasus pembakaran rumah dinas kesehatan di Hipadipa yaitu Kapten Inf SA, Letda Inf KT, Serda MFA, Sertu S, Serda ISF, Kopda DP, Pratu MI, dan Prada MH.
Menurut Keterangan Saksi
Kepala Kantor Komnas HAM perwakilan Papua, Frits Ramandey mengatakan, terungkapnya kasus tersebut berawal dari keterangan tiga orang saksi di sekitar lokasi kejadian.
Saat rumah itu terbakar, para saksi melihat ada sejumlah orang berpakaian loreng khas seragam TNI berada di lokasi kejadian.
“Berdasarkan keterangan saksi, mereka melihat lebih dari satu orang berada di lokasi dan menggunakan seragam TNI, dan ada yang menenteng senjata,” kata dia.
Dengan kesaksian itu, Komnas HAM lalu melakukan pendalaman investigasi dan akhirnya .menemukan korelasi dengan kejadian sebelumnya.
Rangkaian Aksi Kekerasan
Frits mengatakan, kasus tersebut diketahui tidak berdiri sendiri. Sebab, dua hari sebelumnya atau pada 17 dan 18 September 2020 telah terjadi kejadian kekerasan yang menyertainya.
Puncaknya, pada 19 September 2020 yang menyebabkan Pendeta Yeremia Zanambani terbunuh. Adapun tiga hal yang mendasari asumsi pelakunya adalah oknum anggota TNI adalah karena lokasinya berada di dekat pos TNI, sehingga tidak mungkin KKB yang melakukan.
Selanjutnya, berdasarkan kesaksian para korban ada anggota TNI yang tertembak di dekat rumah dinkes.
“Ketiga, ada oknum anggota TNI bernama Alfius yang sebelumnya meminta kepada beberapa orang, termasuk kepada petugas puskesmas untuk datang kedua perkampungan di dekat Hitadipa untuk menyerukan (masyarakat) mengembalikan senjata yang dirampas pada 17 September,” ujar Fritz. (Ril/El)