Berkah Untuk Karet di Sumsel Terus Alami Kenaikan Fase Kritis di Thailand

oleh
Detektifswasta.xyz

Palembang,- Harga karet alam Sumsel diprediksi bakal kembali naik periode Desember 2020. Hal tersebut dikarenakan, karet asal Thailand saat ini tengah mengalami fase kritis akibat penurunan jumlah produksi karet karena penyakit gugur daun Pestalotiopsis (PGDP) dan banjir yang menyerang berapa daerah penghasil karet seluas 0,8 juta hektare (ha).

Kabid Pengolahan dan Pemasaran Hasil Dinas Perkebunan Sumsel, Rudi Arpian, mengaku fase kritis yang dialami salah satu negara penghasil karet dunia ini bisa menjadi momentum bagi Indonesia untuk mengkatrol kembali harga karetnya.

Melihat kondisi tersebut, diprediksi pada akhir tahun ini harga karet asal Tanah Air bakal kembali mengalami kenaikan.

“Bencana banjir di Thailand ini akan membawa berkah terhadap harga karet kita. Ini dapat jadi momentum agar harga karet Indonesia naik kembali,” ujarnya, Selasa (08/12/2020).

Menurutnya, banjir yang merendam perkebunan karet Thailand, di Provinsi utama Nakhon Si Thammarat, Narathiwat, Phattalung, Songkhla dan daerah sekitarnya dipastikan, mengganggu kegiatan penyadapan di negara tersebut.

Dengan adanya kejadian ini, aktifitas petani karet tentu tidak dapat menyadap pohon akibat pohon terendam air.

Kondisi ini kemungkinan dapat bertahan hingga berapa minggu ke depan.

Harga karet yang stagnan diharga Rp18.447 pada bulan November kini mulai naik di minggu pertama Desember dan diperkirakan akan menyentuh harga rata-rata Rp19.631 di minggu pertama Desember untuk kadar karet kering (KKK) 100 persen.

“Kemungkinan tren naiknya bakal menguat karena bencana banjir di Thailand bisa menyebabkan suplai karet dunia terganggu dari negara itu,” jelas Rudi.

Ia menambahkan, selain masalah yang terjadi di Thailand, faktor lain yang mempengaruhi fluktuasi harga karet di Sumsel antara lain, pertumbuhan ekonomi dunia, kondisi pasar otomotif, harga minyak mentah dunia, spekulan pasar karet alam, faktor iklim yang mempengaruhi supply karet alam dunia, serta kurs valas di pasar Internasional.

“Saat ini persaingan masih ketat, Indonesia juga dipengaruhi faktor cuaca sehingga produksi sedikit,” jelas Rudi.

Sebelumnya, Gubernur Sumsel, Herman Deru menjelaskan, momentum yang terjadi di negara tetangga, harus dimaksimalkan oleh para petani dan unit pengolahan dan pemasaran bokar (UPPB).

Karet di Sumsel harus berbenah dengan kualitasnya sehingga dapat kembali bersaing.

Diakuinya, untuk mengambil mengisi supply karet dunia diperlukan kualitas karet yang baik dengan memperbaiki mutu bokar.

Dengan menghasilkan Bokar Bersih UPPB menjadi salah satu pilihan tepat bagi kelompok tani karet sebagai sarana bagi petani untuk meningkatkan mutu karetnya.

“Jika kualitas karet baik maka meningkatkan posisi tawar bagi petani kita. Untuk itu perlu pengembangan program karet rakyat supaya dapat terjadi perbaikan mutu karet alam nasional,” bebernya. (Ril/El)