Detektifswasta.xyz
Palembang,- Sumatera Selatan dikenal sebagai salah satu provinsi penyumbang asap dampak kebakaran hutan dan lahan di tanah air yang kerap terjadi saat musim kemarau tiba.
Namun, di tahun 2020 lalu fenomena kemarau basah menjadi keuntungan tersendiri dimana musim kemarau yang kerap turun hujan itu mencegah timbulnya titik api hingga nihil kabut asap.
Kasi Data dan Informasi Stasiun Klimatalogi Kelas 1 Palembang, Nandang Pangariwibowo mengungkapkan, kondisi tersebut diprediksi akan kembali sama ditahun ini, bahkan cenderung lebih basah.
“Berdasarkan prakiraan cuaca bulanan yang kami buat sampai bulan Juni Analisisa armosfir La Nina masih dikategori moderat, diperkirakan masa uap air masih cukup masuk ke wilayah Indonesia sehingga cenderung agak basah dan normal,” jelasnya, Melansir dari RRI.co.id, Rabu (3/2/2021).
Meski demikian, Nandang meminta masyarakat untuk mewaspadai kondisi peralihan musim yang kerap diikuti dengan cuaca ekstrrm.
“Di Sumsel cuaca ekstrem terjadi dua kali, April hingga Mei. Kemudian yang kedua September sampai Oktober, masyarakat terkhusus yang berada di daerah landai seperti Palembang, Banyuasin, Musi Banyuasin dan sebagian OKI diimbau untuk mewaspadai terjadinya angin kencang,” ungkap Nandang.
Sebagai upaya mengantisipasi terjadinya bencana alam sejak dini, BMKG besinergi bersama RRI dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait informasi peringatan dini, Kepala Stasiun Klimatalogi Kelas 1 Palembang Hartanto mengaku sinergi bersama media publik akan di tingkatkan mengingat wilayah Sumsel berpotensi terjadinya bencana alam.
“Kita bisa meningkatkan pemahaman kepada masyarakat melalui media pemerintah, salah satunya RRI terutama berkaitan informasi peringatan dini, cuaca dan iklim, karna perlu dianstispasi sbelum terjadi, karan kita akan memasuki awal musim kemarau, dan diharapakan masyarakat sudah memiliki pemahaman bahwa potensi potensi kebakaran sudah mulai meningkat, dan diharapkan bisa diminimalisir dampaknya,” tutupnya. (Ril/el)