Detektifswasta.xyz
Palembang,- Seorang warga mendapatkan bagian candi kuno di Kelurahan 1 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II, Palembang. candi itu diduga dibangun pada abad 12 Masehi.
Penemuan pertama kali oleh warga yang mencari manik-manik kuno di lokasi. Warga curiga menemukan struktur batu warna putih di semak-semak.
Warga akhirnya melakukan penggalian sedalam 30 sentimeter dan benar saja ada bebatuan tersusun rapi cukup lebar dan panjang. Hal itu membuat warga melapor ke pemerintah setempat dan diteruskan ke Balai Arkeologi Sumsel.
Saksi mata, Muhammad Yani mengaku di lokasi menemukan benda-benda antik, seperti arca, lempengan, hingga kertas emas. Warga sekitar biasanya melakukan pencarian menggunakan alat metal detektor di lahan yang sering ditanam ubi tersebut.
“Kemarin kami heran ada bebatuan yang muncul di semak-semak. Kami lihat batunya aneh, bukan bentukan seperti sekarang,” ungkap Yani, Rabu (30/12).
Arkeolog dari Balai Arkeologi Sumsel Retno Purwanti mengungkapkan, pihaknya sudah mendatangi lokasi. Dari hasil pengamatan sementara, struktur dan bentuk batu diduga kuat bekas candi. Ukuran panjang batu per buah 44 sentimeter dan lebar 38 sentimeter.
“Dari bentuknya sama dengan Candi Lesung Batu yang ditemukan di Musi Rawas Utara. Kemungkinan usianya hampir sama juga, yakni abad 12 Masehi, lebih tua dari kerajaan Palembang,” ujarnya.
Diakuinya, kawasan Kelurahan 1 Ilir Palembang sering ditemukan barang kuno dan antik. Pasalnya, tak jauh dari lokasi terdapat situs makam raja pertama kerajaan Palembang, Raja Ki Gede Ing Suro.
“Penguasa Majapahit mendirikan kerajaan Palembang pada masa Ario Dilah Bupati yang dikirim dari pulau Jawa dan tinggal di candi-candi. Itu saat terjadi kekosongan kekuasan setelah Kerajaan Sriwijaya runtuh,” kata dia.
Selain itu, tak jauh dari lokasi juga pernah ditemukan prasasti Telaga Batu atau Sabokingking. Kawasan 1 Ilir diyakini menjadi tempat penyebaran agama Budha pada masa Kerajaan Sriwijaya.
“Di sana mereka mendirikan wihara kerajaan, sekaligus tempat menyebarkan agama Budha,” ujarnya.
Sementara kemungkinan menjadi pusat atau Keraton Kerajaan Sriwijaya, Retno menyebut masih memerlukan pengkajian mendalam. Peninggalan-peninggalan juga harus digali lebih dalam sebagai bahan penelitian.
“Banyak bangunan masa Sriwijaya dialihfungsikan oleh kerajaan berikutnya menjadi makam. Seperti areal makam Ki Gede Ing Suro, dulunya candi tapi diubah menjadi makam saat kerajaan Palembang,” pungkasnya. (Ril/el)