Kenali 10 Suku Pedalaman Indonesia yang Jarang Terdengar

oleh
detektifswasta.xyz – Indonesia

Indonesia, ada setidaknya sekitar 1.000 suku bangsa dengan 1.000 bahasa yang tersebar di 17.000 pulau dalam gugusan Nusantara, tak heran, dengan jumlah sebanyak itu, masyarakat Indonesia banyak yang masih tidak tahu tentang suku-suku tertentu.

Apalagi di era modern ini, di mana pembangunan sedang gencar-gencarnya dan berpotensi merusak kelestarian budaya Nusantara ‒ terutama terhadap suku-suku yang hidup di dalam hutan.

10 Suku Pedalaman Indonesia yang Jarang Terdengar:
1. Suku Tidung, Kalimantan Utara

Suku Tidung baru-baru ini menjadi perbincangan saat baju adatnya tergambar dalam uang peringatan kemerdekaan 75 tahun Republik Indonesia.

Banyak yang menilai bahwa pakaian adat tersebut bukanlah berasal dari budaya Nusantara; padahal, baju adat tersebut milik Suku Tidung dari Kalimantan Utara.

Tak banyak orang yang tahu-menahu soal suku ini karena merupakan sub suku dari Suku Dayak Murut, salah satu Suku Dayak Terbesar.

2. Suku Anak Dalam, Jambi

Suku Anak Dalam dikenal sebagai Orang Kubu atau Orang Rimbo, sang penjaga rimba yang hidup di hutan Sumatera.

Mereka hidup dengan cara berkelompok dan berpindah-pindah, khususnya ketika ada anggota yang meninggal.

Kini, suku ini terancam punah karena banyaknya penebangan dan perataan hutan yang kemudian dijadikan kawasan industri serta pemukiman.

3. Suku Dani, Papua

Suku Dani merupakan suku yang mendiami Lembah Baliem, Pegunungan Tengah, Papua.

Keberadaan mereka telah dikenal sejak ratusan tahun lalu, apalagi mereka memiliki ciri khas yang sangat dikagumi dunia.

Mereka memiliki tradisi perang yang kini dijadikan festival budaya dengan nama Festival Lembah Baliem.

Meski hidup dalam gempuran modernitas, mereka tetap mempertahankan kebudayaannya.

4. Suku Baduy, Banten

Suku Baduy merupakan suku yang terbagi menjadi dua, yaitu Suku Baduy Dalam dan Suku Baduy Luar.

Masyarakat suku ini menetap di kawasan hutan Kabupaten Lebak, Banten; mereka sangat menjaga kebudayaannya, bahkan sama sekali tidak mau menggunakan peralatan modern.

Di antara kedua jenis Suku Baduy tersebut, Suku Baduy Luar lebih keras dalam menjaga kebudayaannya.

5. Suku Laut, Riau

Suku Laut dikenal dengan sebutan Orang Selat atau Orang Laut yang bermukim di pulau-pulau atau muara sungai Kepulauan Riau.

Berdasarkan sejarah, dulu Suku Laut dikenal sebagai perompak, kisah mereka sangat melegenda pada zaman kerajaan Sriwijaya.

Pada masa itu, mereka berperan penting bagi Kerajaan Sriwijaya, Kesultanan Malaka, dan Johor karena menjaga selat dan mengusir perompak.

6. Suku Korowai, Papua

Suku Korowai baru ditemukan keberadaannya sekitar 30 tahun yang lalu di pedalaman Papua.

Cara hidup mereka cukup unik, yaitu hidup dalam rumah-rumah pohon dengan ketinggian mencapai 50 meter dari permukaan tanah.

Selain itu, suku ini menjadi salah satu suku di Papua yang tidak menggunakan koteka.

7. Suku Sakai, Riau

Suku Sakai dulu disebut-sebut sebagai penduduk Kerajaan Pagaruyung, Minangkabau, yang kemudian melakukan migrasi ke kawasan belantara Siak.

Mereka kini dikenal sebagai komunitas asli pedalaman rimba Riau, meski mereka hidup dengan cara berpindah-pindah.

Sayangnya, saat ini keberadaan suku ini terasing dan terancam punah karena banyaknya perataan kawasan hutan.

8. Suku Kajang, Sulawesi Selatan

Suku Kajang hidup sekitar 200 km dari Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Keberadaan mereka sangat mudah dikenali karena selalu tampil dengan pakaian serba hitam dan tidak menggunakan alas kaki.

Suku ini dikenal sangat memegang teguh dan menjaga adat istiadat mereka.

9. Suku Togutil, Maluku Utara

Suku Togutil hidup nomaden di kawasan Taman Nasional Aketajawe-Lolobata.

Keberadaan suku ini sedang terancam punah karena adanya aktivitas pertambangan di sekitar hutan tempat mereka tinggal.

10. Suku Polahi, Gorontalo

Suku Polahi merupakan suku yang dianggap paling primitif dari suku lainnya karena memang mereka lebih jauh tertinggal.

Mereka ditemukan di pedalaman hutan Boliyohato, Gorontalo, dengan cara hidup yang perindah-pindah.

Semakin waktu berlalu, jumlah suku-suku di Indonesia pun semakin berkurang, (El)